LAPORAN
PENDAHULUAN
CA ENDOMETRIUM
A.
DEFINISI
Ca endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya
jaringan endometrium melapisi dinding
rahim. Ca endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Ca ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat
terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah
tua. Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim
kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa
jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan
tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke
luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.
(Wikipedia)
Ca
endometrium adalah yang terjadi pada
organ endometrium atau pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang
berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Ca
endometrium kadang-kadang disebut Ca rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim
yang bisa menjadi Ca seperti otot atau sel miometrium. Ca endometrium sering
terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di
antara periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009)
Endometriosis yaitu
suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi berada di
luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di
dalam endometriumnataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di
dalam miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut
endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik,
klinik, ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis
secara klinis lebih banyak persamaan dengan mioma uteri. Adenomiosis sering
ditemukan pada multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis
terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang infertile (Sarwono.2007). Terdapat kurang lebih 15% wanita
reproduksi dan pada 30% dari wanita yang
mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium,
ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi,
ligamentum latum dan ligamentum rotundum, tuba fallopi, dan pada tempat-tempat
ekstra peritoneal ( serviks, vagina,
vulva, dan kelenjar-kelenjar limfe).
Penampakan kasarnya bisa
dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista yang berisi darah baru,
merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut berubah menjadi
lebih rata dan berwarna coklat tua.
Ukuran luka dapat berkisar dari luka kecil dari 10 cm. (Rayburn,
F. William.2001)
B.
ETIOLOGI
Sampai
saat ini belum diketahui secara pasti penyebab Ca endometrium, tetapi beberapa
penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus bisa menyebabkan Ca endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko
yang bisa meningkatkan munculnya Ca endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua
terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion menjadi estron. Pada
obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor
resiko utama pada Ca endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan berat
badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali lipat
dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari
25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
b. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars
sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali lebih tinggi daripada wanita
yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun. Menstruation
span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko dengan usia saat
menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS) = usia
menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena Ca endometrium
sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena Ca
endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum dibanding wanita yang
pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita Ca endometrium
tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan
bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah
melahirkan (paritas).
d.
Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai
terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini diikuti dengan
meningkatnya resiko Ca endometrium.
e.
Hiperplasia endometrium
Hiperplasia endometrium adalah
pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir rahim disertai
peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium
disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi Ca endometrium
sebesar 23%.
f.
Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi
glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko keganasan endometrium. Angka
kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma endometrium berkisar
antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar antara 17-64%.
g.
Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita
hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut,
kejadian hipertensi pada keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi
secara bermakna daripada populasi kontrol.
h.
Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan
juga mempengaruhi angka kejadian keganasan endometrium lenih tinggi daripada di
ngara-negara yang sedang berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika
Utara dan Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian keganasan di Asia, Afrika
dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan menu dan jenis makan
sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok dari
keganasan endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini
tampak pada orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara.
Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri
dan merubah menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan
Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di
negara-negara Asia lainnya
i.
Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena Ca
endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang terkena Ca ini, meskipun
prosentasenya sangat kecil
j.
Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi
estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan angka kejadian Ca
endometrium.
Jenis-
jenis endometriosis
Berdasarkan
lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
a. Endometriosis
Interna (adenomiosi uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di
dalam otot uterus. Akan terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang
timbul hampir tidak ada. Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus,
yaitu:
a) Nyeri
saat haid.
b) Perdarahan
haid yang banyak atau haid yang memanjang.
b. Endometriosis
Tuba.
Yang paling sering terkena
adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah:
a) Saluran
tuba tertutup,terjadi infertilitas.
b) Resiko
terjadinya kehamilan ektopik.
c) Hematosalping
c. Edometriosis
Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan
terbentuk kista coklat. Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan
organ-organ di sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi.
d. Endometriosis
Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang
nyeri pada cavum Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan
rectum, akibatnya adalah:
a) Nyeri
pada saat haid.
b) Nyeri
pada saat senggama.
c)
Endometriosis Ekstragenital.
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh
tertentu pada organ tbuh tertentu bersamaan dengan datangnya haid harus
dipikirkan adanya endometriosis.
(
Baziad,Ali dkk.1993)
C.
PATOFISIOLOGI
DAN PATWAY
Endometriosis
dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia
dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa
gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel
endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain
berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke
dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan
resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal
meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum
yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen
endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan
bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini
dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki
kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi
siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron
lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah
pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat
menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan
menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan
yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat
terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan
uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan
gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi
terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama
bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa
nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid.
Gejala-gejala endometriosisi datangnya
berkala dan bervariasi sesuai datangnya
haid tetapi bias menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak bergejala,
dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.
Adapun
gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :
a. Nyeri
perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid
(dismenore)
Dismenorea pada endometriosis
biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin hebat. Sebab
dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti tetapi mungkin ada hubungannya
dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu
sebelum dan semasa haid. Jika kista endometriumnya besar dan terdapat
perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan peritoneum usus, keluhan dapat
berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan intensitas yang
berbeda-beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002)
b. Dispareunia
Merupakan keadaan yang sering
dijumpai disebabkan oleh karena adanya endometriosis di kavum douglasi.
c. Nyeri
pada saat defekasi
Defekasi
yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena adanya
endometriosis pada dinding rektosigmoid.
d. Gangguan
Haid (Polimenorea dan hipermenorea)
Gangguan
haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya
sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60%
wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi,
perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi
menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah. (Jones. Derek Llewellyn.2001)
e. Infertilitas
Ada korelasi yang nyata antara endometriosis
dan infertilitas. 30%-40% wanita dengann endometriosis menderita infertilitas.
Factor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis adalah apabila
mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya.
Pada pemeriksaaan ginekologik khususnya pemeriksaan vagina-rekto-abdominal,
ditemukan pada endometriosis ringan benda-benda padat seperti butir beras sampai
butir jagung di kavum douglas dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus
dalam posisi retrofleksi dan terfiksasi. (Wiknjosastro,
hanifa.2007.)
Tanda-tanda
fisik dari endometriosis yaitu rahim yang terfiksasi ke belakang, terdapat
benjolan pada ligamentum sakrouterina
dan dalam kavum douglasi, massa adneksa yang asimetris, dan nyeri pada
pemeriksaan bimanual. Luka yang terlihat pada pemeriksaan speculum adalah
sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada
harus dilakukan pemeriksaan biopsy.
(Rayburn, F. William.2001).
E.
KOMPLIKASI
a. Obstruksi
ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan kolon atau
ureter
b. Torsi
ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma
c. Calamenial
seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Adapun
Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
a. Laparoskopi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul ,
maka untuk menegakan diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan secara
langsung ke rongga abdomen per laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi
tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna kebiruan yang biasanya
berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti
endometriosis, guna menyingkirkan
diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks.
Moeloek mendiagnosis pasien dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam, ternyata
dengan laparoskopi kekeliruan diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap pasien yang
dicurigai endometriosis, kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi adalah
70,8%.
b. Pemeriksaan
Ultrasonografi
Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu
menentukan adanya endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah
parametrium, maka pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan
echo dasar kuat tanpa gambaran yang spesifik untuk endometriosis.
G.
PENATALAKSANAAN
a. Medis
a) Pengobatan
Hormonal
Prinsip
pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan hormone rendah
estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan
endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti
tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat
dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport retrograde
jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan
jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan
peritoneum.
Prinsip
kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone
yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
b)
Pembedahan
adanya
jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya
endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan
apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita
yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada
endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia
lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis
diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan
perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan
suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan
untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada
penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak
dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007)
c)
Radiasi
pengobatan
ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi,
kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
b. Keperawatan
a) pendidikan
kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik /
tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda –
tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
b) Asuhan post
operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup
keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit
dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan.
Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap
eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional ibu.
H.
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Pre
Operasi
NO
|
DIANGOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN (NOC)
|
INTERVENSI (NIC)
|
1.
|
Nyeri akut b.d agen injuri biologi
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri pasien berkurang
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria
Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
|
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
|
2.
|
Kecemasan bd diagnosis dan pembedahan
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24
jam diharapakan cemasi terkontrol
NOC :
Anxiety control
Coping
Kriteria Hasil :
Klien mampu
mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
|
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan
dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan
semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien
untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Berikan
informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi
tingkat kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien
untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan
pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat
untuk mengurangi kecemasan
|
3.
|
PK: Perdarahan
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan pasien menunjukkan
perdarahan dapat diminimalkan
|
Monitor
tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
Awasi
petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu tempat
Monitor
vital sign
Catat
perubahan mental
Hindari
aspirin
Awasi HB
dan factor pembekuan
Berikan
vitamin tambahan dan pelunan feses
|
Post Operasi
NO
|
DIANGOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN (NOC)
|
INTERVENSI (NIC)
|
1.
|
Nyeri akut b.d agen injuri fisik
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien
berkurang
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
|
Pain Management
Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan
lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
|
2.
|
Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan primer
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi terkontrol
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan
proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya,
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
|
Infection Control (Kontrol
infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah dipakai
pasien lain
Pertahankan
teknik isolasi
Batasi
pengunjung bila perlu
Instruksikan
pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan
lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Ganti letak
IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
Monitor tanda
dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor
hitung granulosit, WBC
Monitor
kerentanan terhadap infeksi
Batasi
pengunjung
Saring
pengunjung terhadap penyakit menular
Partahankan
teknik aspesis pada pasien yang beresiko
Pertahankan
teknik isolasi k/p
Berikan
perawatan kulit pada area epidema
Inspeksi
kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi
kondisi luka / insisi bedah
Dorong
masukkan nutrisi yang cukup
Dorong
masukan cairan
Dorong
istirahat
Instruksikan
pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan
pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan
kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
|
3.
|
Deficit personal hyegene b.d imobilitas (nyeri pembedahan)
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan pasien menunjukkan
kebersihan diri
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien bebas
dari bau
Pasien tampak menunjukkan kebersihan
Pasien nyaman
|
Personal hyegene managemen
Kaji keterbatasan pasien dalam
perawatan diri
Berikan kenyamanan pada pasien
dengan membersihkan tubuh pasien (oral,tubuh,genital)
Ajarkan kepada pasien pentingnya
menjaga kebersihan diri
Ajarkan kepada keluarga pasien
dalam menjaga kebersihan pasien
|
DAFTAR PUSTAKA
Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius
Jones. Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi.jakarta.hipokrates
Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates
Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. Widya medika
Wiknjosastro, hanifa.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta.yayasan bina pustaka
www.wikipedia.com/Ca
Endomatrium. diaskes 29 Desember 2014 jam 13.00 wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar