LAPORAN
PENDAHULUAN
FEBRIS
A.
DEFINISI
Menurut Suriadi (2001), demam adalah
meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal. Febris/ demam adalah
kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari
perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior
(Isselbacher, 1999). Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga
380 C atau lebih.Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari
37,80C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi
(hiperpireksia) (Julia, 2000). Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya
perubahan pusat termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami
demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal
(Donna L. Wong, 2003). Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.\
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
e. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu
badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu
tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari
para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap
infeksi bakterial.
B.
ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas
melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen,
keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).Menurut
Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau
zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
C.
PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh
terhadap peningkatan set point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena
pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point(Julia,
2000).Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari
dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui
alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan
cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akanmerangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T)
untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan
tubuh. (Sinarty, 2003). Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa menggigil atau
krisis/flush.
Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.(Guyton, 1999).
Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.(Guyton, 1999).
D.
MANIFESTASI KLINIS
tanda dan gejala demam antara lain :
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari
37,8 C – 40 C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam
termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu
suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan
batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan
kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan
sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan,
kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).
E.
PENATALAKSANAAN
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara
berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut,
atau mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau
apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai
otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi
intelektual tertentu.
1. Bukalah pakaian dan selimut yang
berlebihan
2. Memperhatikan aliran udara di dalam
ruangan
3. Jalan nafas harus terbuka untuk
mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel –
sel otak.
4. Berikan cairan melalui mulut, minum
sebanyak –banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak
diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh
yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
5. Tidur yang cukup agar metabolisme
berkurang
6. Kompres dengan air biasa pada dahi,
ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh
anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas
tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air
es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
7. Saat ini yang lazim digunakan adalah
dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku
maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu
di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar
atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik
bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the
sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol
500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet
parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan
dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in
diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap
sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
F.
KOMPLIKASI
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan
tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi
(1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.
Kejang demam ini juga tidak membahayan otak
G.
PENGKAJIAN FOKUS
a. Pengkajian
1. Identitas : umur untuk menentukan jumlah
cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan utama (keluhan yang
dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
4. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat
penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul
demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah,
nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
5. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat
penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
6. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat
penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan
umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
c. Pemeriksaan persistem
1. Sistem persepsi sensori
2. Sistem persyarafan : kesadaran
3. Sistem pernafasan
4. Sistem kardiovaskuler
5. Sistem gastrointestinal
6. Sistem integumen
7. Sistem perkemihan
d. Pada fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
2. Pola nutrisi dan metabolisme
3. Pola eliminasi
4. Pola aktivitas dan latihan
5. Pola tidur dan istirahat
6. Pola kognitif dan perseptual
7. Pola toleransi dan koping stress
8. Pola nilai dan keyakinan
9. Pola hubungan dan peran
e. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. foto rontgent
3. USG
H.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan
penyakit/ trauma
b. Nausea
berhubungan dengan iritasi pada sistem gastrontestinasl
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan (anoreksia).
d. Ansietas berhubungan dengan
hipertermi, efek proses penyakit
(Carpenito, 2000 & Doengoes, 2000)
(Carpenito, 2000 & Doengoes, 2000)
I.
INTERVENSI
a. Hipertermi berhubungan dengan
penyakit/ trauma
Tujuan
:
Suhu tubuh dalam batas normal (36.5 º ).
Kriteria hasil:
Suhu tubuh dalam batas normal (36.5 º ).
Kriteria hasil:
1. Suhu tubuh dalam rentang
normal
2. Nadi dan RR dalam rentang
normal
3. Tidak ada perubahan warna
kulit, tidak ada pusing dan pasien merasa nyaman
Intervensi
:
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor TD, Nadi, RR
3. Berikan pengobatan untuk
mengatasi demam
4. Ajarkan pada keluarga pasien
mengompres pasien pada lipat misal paha dan aksila
b. Nausea
berhubungan dengan iritasi pada sistem gastrontestinasl
Tujuan
:
Defisit volume cairan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
Defisit volume cairan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
1. Keseimbangan asupan dan
keluaran dalam 24 jam
2. Berat badan stabil
3. Urin dalam batas normal
4. Hidrasi kulit tidak terganggu
Intervensi :
1. Kaji penyebab nausea
2. Pertahankan intake dan output
cairan yang akurat monitor Vital sign
3. Dorong pasien untuk membantu
pasien makan
4. Anjurkan pasien makan sedikit
tapi sering.
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia (Carpenito, 1999).
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Berat badan normal, nafsu makan ada / bertambah.
Intervensi :
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Berat badan normal, nafsu makan ada / bertambah.
Intervensi :
1. timbang berat badan pasien setiap
hari
2. jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
beri diet lunak,
3. ajarkan pasien untuk makan sedikit tapi
sering,
4. pertahankam kebersihan mulut dengan baik,
5. sajikan makanan dalam bentuk yang
menarik
6. Ansietas berhubungan dengan hipertermi,
efek proses penyakit
Tujuan
:
cemas hilang
Kriteria hasil :
cemas hilang
Kriteria hasil :
1. klien dapat mengidentifikasi hal-hal
yang dapat meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh
2. klien mau berpartisipasi dalam setiap
tidakan yang dilakukan
3. klien mengungkapkan penurunan cemas yang
berhubungan dengan hipertermi, proses penyakit
Intervensi :
1. Kaji dan identifikasi serta luruskan
informasi yang dimiliki klien mengenai hipertermi.
2. Berikan informasi yang akurat
tentang penyebab hipertermi
3. Validasi perasaan klien dan yakinkan
klien bahwa kecemasam merupakan respon yang normal
4. Diskusikan rencana tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan keadaan penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih.
1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak.PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Sinarty hartanto.(2003). Anak Demam Perlu Kompres.www. Pediatrik. Com/knal.php
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak.PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Sinarty hartanto.(2003). Anak Demam Perlu Kompres.www. Pediatrik. Com/knal.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar